Langsung ke konten utama
Jangan Cemas

Dulu waktu anak-anak saya masih balita selalu stress dan was-was karena mereka sering susaaaah banget makan. Terutama saat anak-anak masih berusia dibawah 3 tahun.  Problematika klasik para ibu muda biasanya. Apalagi saat alm anak saya yang pertama masih ada saya benar-benar stress karena anak itu selalu mintanya susu setiap saat. Setiap hari pusing 7 keliling memikirkan gimana caranya agar si kecil mau makan dengan lahap. Bujuk rayu, tehnik pengolahan makanan dan cara menghidangkan makanannya pun tidak luput dicoba dengan berbagai cara agar memikat selera makan si kecil. Koleksi buku-buku resep makanan untuk si kecil rajin saya baca dan saya praktekkan untuk memancing selera makannya. Tapi tetap saja si kecil sulit untuk makan karena dia lebih memilih minum susu. Sudah berusaha mengurangi jatah minum susunya atau bujukan boleh minum susu setelah makan tetap saja nasi dan teman-temannya hanya secuil yang masuk ke perutnya.
Kalau udah kayak gitu saya merasa jadi Ibu yang gagal karena tidak berhasil membuat anak doyan makan. Jangan dulu doyan deh, mau atau minta makan aja udah syukur. Anak kedua 11 12 dengan kakaknya dulu, susu terus yang dia mau. Anak kedua malah lebih parah daripada alm kakaknya selera makannya. Saat umurnya masih dibawah 1 tahun nafsu makannya bagus, menginjak usia 1 tahun mulai deh susaaaah banget makannya. Sampai pada usia 3-5 tahun saking susah makannya harus kami bantu dengan makanan cair seperti Pe*****re karena saya takut si kecil kekurangan gizi dengan postur tubuh yang kurus itu. Anak ke ketiga lumayan rada beda...agak mau makan walaupun susu juga dia doyan mungkin karena dia anak laki-laki jadi nafsu makan lebih besar dibanding kakak-kakaknya yang perempuan, alhamdulillah agak mendingan.
Masa lalu itu sekarang tinggal kenangan sekarang anak-anak saya sudah besar, anak kedua sudah kelas 2 SMP anak ketiga sudah kelas 5 SD. Anak pertama saya diambil lagi sama Yang Punya saat usia 4 tahun. Sekarang masalah makanan tetap jadi pikiran seperti saat anak-anak masih kecil, tetapiiii...masalahnya sekarang berbeda dengan dulu. Sekarang bukannya pusing mikirin anak-anak tidak mau makan tetapi pusing karena sekarang mereka pada jago makan hehe. Makanan apapun disikatnya habis, sampe ibunya sering gak kebagian makanan karena mereka pada rajin membersihkan makanan, hehehe tidak apa-apa malah saya senang sekali anak-anak selalu bersemangat menghadapi makanan, apalagi jika saya membuat macam-macam penganan untuk cemilan mereka dengan girangnya menyambut dan menghabiskan. Alhamdulillah...apalagi anak saya yang kedua yang dulu segitu susahnya makan sekarang porsi makannya melebihi orang tuanya. Tiap hari anak-anak geratakin kulkas kalau di meja makan tidak ada cemilan.
Jadiiii para ibu-ibu muda jangan stress atau pusing ya kalau si buah hati sulit makan, yang terpenting kita tetap harus sabar dan telaten menyiapkan makanan sehat untuk mereka karena masa-masa sulit itu akan segera berlalu tanpa terasa. Jika anak sudah masuk usia TK nafsu makannya sedikit-sedikit akan mulai timbul karena biasanya mereka melihat teman-temannya di sekolah yang doyan makan. Bisa juga pengaruh didikan guru-gurunya di TK yang memotivasi mereka untuk mau makan. Apalagi setelah mereka memasuki usia SD selera makan mereka akan berangsur-angsur membaik. Menjelang ABG anda akan kewalahan memenuhi nafsu makannya yang makin meningkat.
Saya teringat dulu kakak saya pernah bilang,”Gak usah pusing dan khawatir dengan perkembangan anak yang mungkin agak terlambat dari tingkatan usianya, atau anak susah makan, atau anak mempunyai kesulitan-kesulitan dalam tumbuh kembangnya karena setiap anak mempunyai keunikan masing-masing selagi mereka tumbuhnya normal pasti masa-masa sulit itu akan terlewati dan anak-anak akan tumbuh besar dan normal seperti anak-anak lain pada umumnya”. Ternyata apa dikatakan kakak saya itu benar. Contoh : saya punya keponakan laki-laki (sekarang dia sudah menikah dan punya anak) dia anak pertama kakak saya, dulu saat masih kecil dia paling takut makan nasi putih. Dia mau makan nasi jika nasinya berwarna atau dalam bentuk lain, misalnya nasi goreng, nasi kuning, lontong atau ketupat. Dulu ibunya sempat stress juga karena pusiiiing menghadapi masalah anaknya itu. Tapi ternyata sekarang dia tumbuh normal tuh, makan nasi juga biasa-biasa saja bahkan berat badannya sekarang luaar biasa...100 kg. O’owww...

Berdasarkan pengalaman saya sendiri ternyata apa yang dulu begitu dikhawatirkan semuanya hilang. Karena perkembangan anak-anak setiap harinya terus berubah, jangan lupa juga tetap sering berkonsultasi dengan dokter, ahli gizi atau siapapun mereka yang sudah lebih berpengalaman dalam merawat anak. Misalnya orangtua, mertua, kakak-kakak kita, teman, saudara dan sebagainya. Gali informasi sebanyak-banyak dari mereka bagaimana tumbuh kembang anak yang normal dan sehat sehingga Anda sebagai ibu muda yang baru mempunyai balita dan sedikit bermasalah dengan perkembangan buah hatinya tidak terlalu was-was dan pusing menghadapinya.

Komentar

  1. Wih thanks yaa Mba Rina infonya. Kebetulan si kecil lagi masanya bosen makan nasi hihihi. Baru 1,5 tahun..

    BalasHapus
  2. Hehe...sama-sama pak, tenang aja nanti juga mau makan lagi, mungkin dia pengen makanan lain yang lebih bervariasi...salam buat si kecil :)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerdas Menggunakan Media Sosial

       Lima belas tahun terakhir, perkembangan media sosial di dunia berkembang amat pesat, termasuk Indonesia. Komunikasi semakin mudah, tak kenal jarak dan waktu. Kapan pun dan di mana pun selagi kuota internet terisi, maka kita akan dengan mudah mengakses segala macam informasi dari belahan bumi manapun.         Positifnya, masyarakat kita jadi sangat melek teknologi, dampak buruknya tentu saja banyak. Salah satunya, jika kita tidak bisa mengendalikan diri, maka akan kecanduan gawai yang isinya berbagai macam aplikasi media sosiai. Berbagai aplikasi itu memang sangat menarik, sehingga bisa menyita waktu dan membuat kita tidak produktif, karena menghabiskan waktu berjam-jam menatap gawai menikmati berbagai sajian media sosial.         Tidak bisa dipungkiri, sebagain besar masyarakat kita sudah kecanduan gawai dan sulit lepas dari alat canggih segenggaman tangan itu. Agar kita tetap waras dan produktif dalam bersosmed maka, kita harus berupaya semaksimal mungkin mengendalikan diri

Wiskul Asyik di Bogor

Siapa yang belum kenal Bogor? Atau belum pernah ke Bogor? Sebuah kota yang terletak di propinsi Jawa Barat. Yuk, datang deh ke kota kelahiran saya tercinta. Kenalan dan nikmati berbagai wisata di kota hujan ini, salah satunya wisata kuliner dong pastinya. Ada yang bilang bahwa Bogor sekarang adalah miniaturnya Bandung, banyak tempat wisata yang asyik dan makanannya pun endang bhambang, Nek … alias enak-enak bingiiit … hehe. Bicara makanan, pastinya setiap kita mengunjungi satu tempat yang sering dicari adalah makanan khas daerah setempat. Jika, belum mencicipi makanan khasnya rasanya belum afdol ya. Indonesia memang kaya dengan aneka jenis makanan khas daerah, baik yang tradisional maupun modern. Belum lagi street food tiap kota selalu menarik untuk dicicipi. Baiklah, sekarang kita jalan-jalan di Bogor, yuk. Kita cicipin makanan apa saja yang menjadi daya tarik wisata kuliner di kota hujan itu. 1.        Doclang Salah satu makanan khas yang selalu diburu warga Buitenzorg seti

Teman yang Menyenangkan

  Sebagai mahluk hidup manusia butuh berteman, jangankan manusia hewan saja butuh teman agar hidupnya tidak kesepian, dan juga untuk beranak pinak. Omong-omong tentang teman, tentunya kita punya banyaaak sekali teman. Mulai dari teman masa kecil hingga sekarang di usia dewasa. Kalau saya bukan dewasa lagi, tapi tua … hehe. Apalagi sekarang, kemajuan teknologi berkembang pesat, membuat jalinan pertemanan semakin meluas hingga ke seluruh dunia. Teknologi membuat kita dan teman-teman seakan tanpa batas dalam berkomunikasi. Dalam arti, jarak yang membentang jauh menjadi dekat dan mudah untuk saling berinteraksi. Namun, dibalik kemudahan itu, pastinya akan banyak pula risiko dan efek negatif dalam berteman seiring bertambahnya jaringan pertemanan kita. Dulu, kita sering mendapat pesan dari orang tua dan para guru agar hati-hati dalam berteman, harus pilih-pilih teman agar kita tidak terbawa pergaulan buruk jika si teman itu membawa pengaruh yang kurang baik. Ternyata hal tersebut tida