Buat sebagian orang mungkin banyak yang berpikir dan mengatakan bahwa perayaan hari Kartini itu tidak penting, ngerepotin harus pake kebaya harus dandan ribet, gak ada manfaatnya.
Tidak ada yang mewajibkan perayaan hari Kartini harus pake kebaya, harus dandan ribet. Menurut pemikiran saya sebagai orang awam yang belum terlalu paham makna hari Kartini memakai kebaya itu hanya salah satu cara untuk mengenalkan busana nasional pada anak-anak kita sekarang. Bagi kami yang berkecimpung di dunia pendidikan perayaan hari Kartini itu penting, karena itu bagian dari pelajaran sejarah nasional. Siapa lagi yang akan mengenalkan para pahlawan jika bukan kami sebagai tenaga pendidik yang mengenalkannya, karena itu adalah salah satu bagian tugas wajib kami.
Sebagai orang tua saya sendiri dirumah tidak sempat mengenalkan para tokoh perjuangan bangsa ini pada anak-anak dirumah, saya yakin Anda para orang tua juga begitu kan? Tak ada waktu untuk mengenalkan tokoh-tokoh sejarah yang sudah berjuang demi kenyamanan hidup kita sekarang ini. Karena pada kenyataannya tidak pernah terpikir untuk mengenalkan para pahlawan itu pada anak-anak kita dalam kehidupan sehari-hari. Mengenalkan bukan sekadar memberitahukan nama-namanya saja dan dari mana asal daerahnya, tetapi seharusnya kita mengenalkan bagaimana perjuangan mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan hidup saat itu, memotivasi anak-anak kita supaya tidak menjadi anak yang manja, cengeng rapuh dengan mencontohkan para pejuang itu.
Perayaan hari Kartini tidak harus selalu berkebaya, tapi yang terpenting adalah memahami, menghargai apa yang sudah Ibu Kartini perjuangkan untuk para perempuan Indonesia. Ibu Kartini bukan memprovokasi para perempuan untuk menuntut kesamaan derajat dengan kaum pria, tetapi Kartini saat itu ingin memperjuangkan hak-hak perempuan agar diperbolehkan mengenyam pendidikan setinggi-tingginya sama seperti halnya yang dilakukan oleh para pria saat itu.
Perempuan wajib berpendidikan tinggi karena perempuan adalah tiang negara. Jika perempuannya rusak maka akan hancurlah bangsa ini. Perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya jika kelak berumah tangga dan sang ayah adalah kepala sekolahnya. Jika ibunya cerdas maka anak-anaknya pun akan cerdas.
Bersyukurlah kita mempunyai Ibu Kartini yang dengan susah payah memperjuangkan hak-hak perempuan. Tak terbayangkan jika Kartini tidak berbuat apa-apa, mungkin kita sebagai perempuan saat ini hanya berkutat di seputar sumur, dapur dan kasur. Padahal Islam pun sangat memulyakan wanita. Islam tidak menempatkan wanita sebagai pelayan laki-laki tetapi laki-laki lah yang harus melayani wanitanya dengan memberikan fasilitas yang memudahkannya untuk mengelola urusan-urusan rumah tangga.
Jadi...jangan selalu berfikir negatif kalau perayaan Kartini itu sama sekali tak bermakna, perayaan Kartini sarat dengan pendidikan untuk menumbuhkan cinta tanah air dan bangsa.
Bagaimana anak-anak kita mau cinta tanah air dan bangsa jika tak ada seorang pun yang menanamkannya pada mereka. Jangan heran jika beberapa tahun kemarin beberapa budaya bangsa kita di klaim milik negara tetangga itu adalah dampak dari lemahnya pendidikan kita yang kurang mengenalkan dan menanamkan rasa cinta tanah air.
Komentar
Posting Komentar