Langsung ke konten utama

Bumbu Siap Pakai


Mak, sering gak sih males masak? Kalau saya sih iya banget. Males ngebayangin harus ngulek bumbu-bumbunya, kebayang deh segala jenis bumbu harus diulek halus pake cobek. Mana berat lagi ya ngangkat-ngangkat cobeknya, trus tangan bakal pegel banget ngulek bumbu sampe halus. Udah gitu, kalau masaknya beberapa jenis, harus berapa kali tuh ngulek bumbunya? Duuuhh, males banget deh…

Etapi, saya punya trik khusus nih supaya masak bisa jadi lebih menyenangkan. Warisan dari ibunda tercinta, gak ribet dan cepat prosesnya. Saya pake bumbu siap pakai. Bukan bumbu instan yang dalam kemasan sachet lhoo…tapi asli bikin sendiri. Bumbu-bumbu itu bisa dipake berminggu-minggu walau tanpa pengawet. Karena saya simpan di kulkas, dan tiap mau masak gak perlu lagi ngulek-ngulek pake cobek. Hanya saja, kita butuh waktu untuk menghaluskan bumbu-bumbu di bawah ini, tetapi … itu untuk persediaan berminggu-minggu, kan?

Bumbu apa aja tuh yang biasa saya bikin? Bumbu-bumbu dasar saja, yang pastinya hampir tiap masakan menggunakan bumbu itu. Ini lho, Mak bumbu dasar itu:

1. Bawang Putih

Dalam satu bulan, saya beli bawang putih kurang lebih 2x. Setengah kilogram saya kupas semua, lalu blender kemudian tumis sebentar dengan sedikit minyak. Menumisnya jangan sampai matang banget, sebentar saja. Tujuannya supaya bawang putih tersebut lebih awet untuk disimpan dalam kulkas. Setengah kilogram bawang putih jika diblender bisa saya pakai selama 2-3 minggu, cukup lama bukan? Karena isinya cukup banyak, saya tempatkan dalam wadah plastic yang tertutup. Sebelumnya diamkan dulu bumbu yang barus ditumis dalam wajan hingga panasnya hilang, setelah itu baru masukkan ke dalam wadah tertutup, dan simpan dalam kulkas. Setiap selesai masak langsung saya simpan lagi dalam kulkas. Jangan di simpan di freezer ya.

2.     Bawang Merah
Sama seperti bawang putih, dalam dua minggu kebutuhan bawang merah untuk bumbu halus siap pakai hanya ¼ kilogram saja. Saya lebih banyak menggunakan bawang putih daripada bawang merah. Membuat bumbu halus bawang merah dan putih ini tidak pakai garam. Hanya bawang merah saja atau bawang putih saja.


Bumbu siap pakai
Bawang merah dan cabe giling

3.     Cabe Merah
Cabe merah yang saya gunakan, cabe merah besar. Cara membuatnya: bersihkan cabe dari tangkainya, lalu cuci dan rebus. Supaya tidak terlalu pedas, biji cabe saya buang setelah direbus. Gunakan sarung tangan, saat membuang biji-biji cabe untuk menghindarkan rasa panas tangan kita dari cabe. Lalu blender hingga halus tanpa menggunakan air, karena cabe rebus sudah mengandung air. Selanjutnya sama dengan bawang merah dan bawang putih halus, tumis sebentar lalu diamkan hingga dingin sebelum dimasukkan wadah bertutup.

4.    Kunyit
Sama seperti bumbu-bumbu diatas, hanya saja kunyit setelah diblender tidak ditumis tapi langsung ditempatkan dalam wadah tertutup. Sebelum di blender kupas terlebih dahulu, lalu cuci bersih dan haluskan dengan blender.

Bawang putih, merah dan cabe giling

Nah, itu bumbu dasar yang wajib ada di kulkas saya. Semua bumbu-bumbu tersebut, diblender tanpa menggunakan garam. Saat akan memasak tinggal pilih deh bumbu apa yang dibutuhkan. Praktis, dan menghemat waktu, apalagi saat bulan Ramadan, menolong banget bumbu-bumbu praktis tersebut. Tapi … kalau masih malas juga membuat bumbu-bumbu praktis tersebut, ya udah … gak usah masak, Mak. Gopud sajaahh, haha…


  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penulis Bukan Hanya Menulis Buku

Menulis bukanlah pekerjaan yang sulit, setiap orang pasti bisa menulis. Minimal menulis status di akun sosmednya. Ada yang dijadikan profesi, banyak juga yang hanya sekadar hobi. Saat ini semakin banyak penulis yang bermunculan. Baik penulis fiksi maupun nonfiksi, jika kamu masih sebagai penulis pemula, jangan khawatir lama-lama akan menjadi penulis profesional jika sabar dan terus mau belajar. Begitu memproklamirkan diri sebagai penulis walaupun masih amatir, pasti akan banyak respon dari orang-orang sekitar kita , misalnya : “Sudah menerbitkan berapa buku?” “Boleh dong minta bukunya, gratis ya?” Pernah kan kamu mendapat berondongan pertanyaan seperti itu? Yang bisa kita lakukan pasti hanya tersenyum kecut, jika kita belum pernah menerbitkan buku dan itu akan membuat nyali ciut. Sumber gambar: Pixabay.com        Jangan patah semangat karena belum pernah menerbitkan buku, ada banyak lahan garapan  sebagai penulis. Penulis itu bukan hanya menulis buku dan menerb

Sudahkah Mengenali Mesin Kecerdasan Si Buah Hati?

Setiap anak terlahir dengan keunikannya masing-masing. Seiring berjalan waktu kemampuan anak akan tumbuh sesuai dengan didikan orangtuanya, ditambah pengaruh lingkungan, dan bibit kecerdasan yang ia bawa sejak lahir yang diwariskan dari orangtuanya. Dibutuhkan kerjasama yang baik antara keduanya agar keinginan dan harapan orangtua sesuai pula dengan kemampuan dan kecerdasan anak. Jadi, sang anak melakoni hidupnya, terutama saat menjalani proses belajar di sekolah dan lingkungannya, ia tidak merasa memiliki beban berat, akan tetapi akan dijalaninya dengan penuh rasa tanggung jawab karena sesuai dengan kemampuan dan kecerdasannya. Ada baiknya saat anak memasuki pendidikan usia dini, para orangtua sudah mengetahui mesin kecerdasan yang dimiliki oleh si buah hati. Mengapa harus mengenal mesin kecerdasan anak? Karena dengan mengenali berbagai macam jenis mesin kecerdasan itu, kita sebagai orangtua akan lebih mudah mengarahkan anak-anak untuk meraih masa depannya sesuai dengan bekal kece

Cerdas Menggunakan Media Sosial

       Lima belas tahun terakhir, perkembangan media sosial di dunia berkembang amat pesat, termasuk Indonesia. Komunikasi semakin mudah, tak kenal jarak dan waktu. Kapan pun dan di mana pun selagi kuota internet terisi, maka kita akan dengan mudah mengakses segala macam informasi dari belahan bumi manapun.         Positifnya, masyarakat kita jadi sangat melek teknologi, dampak buruknya tentu saja banyak. Salah satunya, jika kita tidak bisa mengendalikan diri, maka akan kecanduan gawai yang isinya berbagai macam aplikasi media sosiai. Berbagai aplikasi itu memang sangat menarik, sehingga bisa menyita waktu dan membuat kita tidak produktif, karena menghabiskan waktu berjam-jam menatap gawai menikmati berbagai sajian media sosial.         Tidak bisa dipungkiri, sebagain besar masyarakat kita sudah kecanduan gawai dan sulit lepas dari alat canggih segenggaman tangan itu. Agar kita tetap waras dan produktif dalam bersosmed maka, kita harus berupaya semaksimal mungkin mengendalikan diri