Langsung ke konten utama

Single Dad Berbagi Kisah



Dulu, saya termasuk perempuan yang sering negatif thinking terhadap kaum Adam, bukan tanpa alasan saya berpikir seperti itu, jelas karena trauma yang pernah saya alami. Tapi negatif thinking itu sedikit berkurang setelah membaca buku ini, "Single Dad Berbagi Kisah". Rasanya ingin sekali saya katakan pada kaum Adam, tuh makanya bersyukur kalau sudah punya istri yang baik, yang setia, yang nrimo, yang ihlas mengabdi.

Buku karya Anna Farida ini sebetulnya terbit hampir dua tahun yang lalu, tepatnya November 2017. Namun,sangat saya rekomendasikan untuk dibaca, karena kisahnya bisa menjadi pelajaran bagi kita semua sepanjang masa. Baik bagi perempuan maupun laki-laki.

Buku setebal 76 halaman yang diterbitkan Tiga Serangkai Pustaka Mandiri ini menceritakan 20 kisah para single dad dengan segala problematikanya dalam menjalani hidup, membesarkan dan mendidik anak-anak. Saya tertarik membaca buku ini karena jarang para single dad berbagi kisahnya.

Para pria yang selama ini dikenal tidak setia, tak cukup satu wanita, selalu berpikiran ingin poligami, ternyata tidak berlaku bagi para ayah di buku itu. Salut dan trenyuh membaca perjuangan para ayah itu mengurus anak-anaknya tanpa istri. Kemanakah para istri?
Ada yang meninggal mendadak, ada yang berselingkuh, ada yang memang sepakat berpisah karena rumah tangga tak bisa diselamatkan walau sudah berupaya dipertahankan.


Seperti yang dikisahkan oleh seorang ayah muda yang terpaksa membesarkan anak semata wayangnya yang masih balita seorang diri. Irma istrinya tiba-tiba harus "berpulang" karena kecelakaan. (Hal 22). Tak terbayangkan tiba-tiba sang ayah muda itu harus menerima kenyataan pahit. Siapa pun tak pernah siap ditinggal pasangan, apalagi secara mendadak.

Menjadi ayah tunggal berarti pekerjaannya dua kali lipat, stressnya dua kali lipat, dan air matanya dua kali lipat, tapi cinta dan kebanggaannya juga dua kali lipat. (Hal 19).

Siapa sih yang menginginkan perceraian dalam pernikahannya? Tak ada seorang pun yang bercita-cita seperti itu, akan tetapi siapa yang bisa menjamin pernikahan bakal langgeng terus hingga akhir hayat. Seiring berjalannya waktu, hati manusia bisa berubah dengan berbagai sebab. Seperti yang dikisahkan di halaman 28, dua anak berusia 6 dan 3 tahun Tiara dan Tegas, terpaksa harus menjalani hidup dengan ayahnya saja dari sejak dua anak itu bayi dan balita. Ibu mereka pergi entah kemana, yang jelas kedua orang tua mereka berpisah. Pontang panting ayah kedua anak itu mengurus dua anak yang masih sangat membutuhkan kasih sayang ibunya. Saat si ayah bekerja anak-anak tersebut terpaksa dititipkan di daycare hingga sore. Sepulang kerja ia langsung menjemput dua anaknya lalu tiba di rumah segera menyiapkan makan malam, dan mengurus keperluan anak-anaknya tersebut.

Mengikat rambut Tiara, mengobati ruam popok di lipatan paha Tegas, ia lakukan sendiri. Tak ada yang membantu si ayah tunggal itu. Juga saat anak-anak itu sakit. Akhirnya sang ayah mengajukan pensiun dini demi mengurus kedua anak tersebut, dan ia mencari nafkah dengan berbisnis online di rumah. Pengeluaran ia tekan sehemat mungkin agar penghasilan yang didapat mencukupi hidup mereka bertiga. Kenapa tidak menikah lagi saja? Pasti banyak mulut yang melontarkan pertanyaan itu. Menikah lagi belum tentu solusi terbaik. Banyak hal yang harus dipikirkan dan dipertimbangkan jika akan mencari pasangan baru, apalagi jika sudah memiliki anak. Butuh penyesuaian dan pemikiran yang ekstra.

Tidak sedikit rupanya para ayah tunggal yang tetap memilih sendiri dalam mendidik anak-anaknya. Bukan berarti ia tidak butuh pendamping lagi, tapi ia lebih memilih berkorban demi kenyamanan anak-anaknya. Salut buat para ayah tunggal yang bisa bertahan hingga bertahun-tahun memilih single. Ternyata masih banyak kaum Adam yang tidak melulu berpikir tentang wanita dalam hidupnya, ada prioritas lain yang harus ia pilih, yaitu anak-anak yang dicintainya.

Maka, para suami ... jagalah selalu istrimu selagi ia setia di sampingmu, cintai dan sayangilah ia dengan cinta dan kasih sayang yang tulus, selagi ia tidak menuntutmu macam-macam. Terimalah segala kekurangan dan kelebihannya seperti dia juga yang menerima segala kekurangan dan kelebihanmu.


Komentar

  1. bagus mba resensi dan ulasannya. Ternyata tak semua laki-laki, yang ditinggal istrinya, langsung kawin lagi. Tak semudah itu ya solusinya. :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penulis Bukan Hanya Menulis Buku

Menulis bukanlah pekerjaan yang sulit, setiap orang pasti bisa menulis. Minimal menulis status di akun sosmednya. Ada yang dijadikan profesi, banyak juga yang hanya sekadar hobi. Saat ini semakin banyak penulis yang bermunculan. Baik penulis fiksi maupun nonfiksi, jika kamu masih sebagai penulis pemula, jangan khawatir lama-lama akan menjadi penulis profesional jika sabar dan terus mau belajar. Begitu memproklamirkan diri sebagai penulis walaupun masih amatir, pasti akan banyak respon dari orang-orang sekitar kita , misalnya : “Sudah menerbitkan berapa buku?” “Boleh dong minta bukunya, gratis ya?” Pernah kan kamu mendapat berondongan pertanyaan seperti itu? Yang bisa kita lakukan pasti hanya tersenyum kecut, jika kita belum pernah menerbitkan buku dan itu akan membuat nyali ciut. Sumber gambar: Pixabay.com        Jangan patah semangat karena belum pernah menerbitkan buku, ada banyak lahan garapan  sebagai penulis. Penulis itu bukan hanya menulis buku dan menerb

Sudahkah Mengenali Mesin Kecerdasan Si Buah Hati?

Setiap anak terlahir dengan keunikannya masing-masing. Seiring berjalan waktu kemampuan anak akan tumbuh sesuai dengan didikan orangtuanya, ditambah pengaruh lingkungan, dan bibit kecerdasan yang ia bawa sejak lahir yang diwariskan dari orangtuanya. Dibutuhkan kerjasama yang baik antara keduanya agar keinginan dan harapan orangtua sesuai pula dengan kemampuan dan kecerdasan anak. Jadi, sang anak melakoni hidupnya, terutama saat menjalani proses belajar di sekolah dan lingkungannya, ia tidak merasa memiliki beban berat, akan tetapi akan dijalaninya dengan penuh rasa tanggung jawab karena sesuai dengan kemampuan dan kecerdasannya. Ada baiknya saat anak memasuki pendidikan usia dini, para orangtua sudah mengetahui mesin kecerdasan yang dimiliki oleh si buah hati. Mengapa harus mengenal mesin kecerdasan anak? Karena dengan mengenali berbagai macam jenis mesin kecerdasan itu, kita sebagai orangtua akan lebih mudah mengarahkan anak-anak untuk meraih masa depannya sesuai dengan bekal kece

Cerdas Menggunakan Media Sosial

       Lima belas tahun terakhir, perkembangan media sosial di dunia berkembang amat pesat, termasuk Indonesia. Komunikasi semakin mudah, tak kenal jarak dan waktu. Kapan pun dan di mana pun selagi kuota internet terisi, maka kita akan dengan mudah mengakses segala macam informasi dari belahan bumi manapun.         Positifnya, masyarakat kita jadi sangat melek teknologi, dampak buruknya tentu saja banyak. Salah satunya, jika kita tidak bisa mengendalikan diri, maka akan kecanduan gawai yang isinya berbagai macam aplikasi media sosiai. Berbagai aplikasi itu memang sangat menarik, sehingga bisa menyita waktu dan membuat kita tidak produktif, karena menghabiskan waktu berjam-jam menatap gawai menikmati berbagai sajian media sosial.         Tidak bisa dipungkiri, sebagain besar masyarakat kita sudah kecanduan gawai dan sulit lepas dari alat canggih segenggaman tangan itu. Agar kita tetap waras dan produktif dalam bersosmed maka, kita harus berupaya semaksimal mungkin mengendalikan diri