Langsung ke konten utama

Sudahkah Mengenali Mesin Kecerdasan Si Buah Hati?


Setiap anak terlahir dengan keunikannya masing-masing. Seiring berjalan waktu kemampuan anak akan tumbuh sesuai dengan didikan orangtuanya, ditambah pengaruh lingkungan, dan bibit kecerdasan yang ia bawa sejak lahir yang diwariskan dari orangtuanya. Dibutuhkan kerjasama yang baik antara keduanya agar keinginan dan harapan orangtua sesuai pula dengan kemampuan dan kecerdasan anak. Jadi, sang anak melakoni hidupnya, terutama saat menjalani proses belajar di sekolah dan lingkungannya, ia tidak merasa memiliki beban berat, akan tetapi akan dijalaninya dengan penuh rasa tanggung jawab karena sesuai dengan kemampuan dan kecerdasannya.

Ada baiknya saat anak memasuki pendidikan usia dini, para orangtua sudah mengetahui mesin kecerdasan yang dimiliki oleh si buah hati. Mengapa harus mengenal mesin kecerdasan anak? Karena dengan mengenali berbagai macam jenis mesin kecerdasan itu, kita sebagai orangtua akan lebih mudah mengarahkan anak-anak untuk meraih masa depannya sesuai dengan bekal kecerdasan yang sudah dimiliki sejak lahir.


                  Sumber gambar: Google

Untuk mengenali kecerdasan anak-anak, bahkan kita sendiri dan pasangan bisa dilakukan dengan cara tes sidik jari yang dinamakan tes STIFin. Penemu dari tes kecerdasan ini adalah seorang bernama Farid Poniman. Anda bisa langsung mendatangi kantor-kantor tes Stifin di berbagai kota. Biasanya lembaga tersebut bekerja sama dengan sekolah-sekolah usia dini dan sekolah dasar, untuk mendeteksi jenis kecerdasan siswa-siswi di sekolah tersebut. Sehingga para orangtua dan guru lebih mudah untuk membimbing dan mengarahkannya dalam belajar.


Ada lima jenis mesin kecerdasan berdasarkan tes STIFin, yaitu:


1. Sensing (S)
Kesehariannya: tertarik pada pekerjaan yang membutuhkan kepraktisan, menyukai non fiksi, memasukkan detil dan fakta, orientasi pada masa kini, menyerap gagasan secara bertahap, mengandalkan pengalaman, pola bicara yang jelas dan teratur, mengingat masa lalu dengan akurat.




2. Thinking (T)
Kesehariannya: lebih menggunakan pikiran, memecah masalah secara logis, lebih kritis membenahi pekerjaan, jarang bertanya bila waktu tidak memungkinkan, memiliki ketegasan dalam menuntut hak, tampak seperti tidak peka, keputusannya didasarkan pada kriteria yang obyektif.

3. Intuiting (I)
Ciri kesehariannya: mengolah informasi berdasarkan intuisi, abstrak dan teoritis, mengandalkan inspirasi, berorientasi pada masa depan, menggunakan bahasa untuk mengekpresikan diri sendiri, tertarik pada pekerjaan yang melibatkan kreativitas, menyukai cerita fiksi.

4. Feeling (F)
Ciri kesehariannya: dominanmenggunakan perasaan dalam berpikir, ingin menyenangkan orang lain, hangat dan ramah pada orang lain, ingin selalu memimpin, pandai berempati, bekerjasama di komunitas sosial yang baik, pandai berempati, perasaan mereka mudah sakit dan dendam, menghindari argumen dan konflik, urang memiliki ketegasan dalam menuntut hak.


                   Sumber gambar: Google

5. Insting (In)
Ciri kesehariannya: bereaksi secara spontan, mengingat hal-hal yang berkesan, menyerap informasi secara generalis, pikiran sederhana, polos, dan tidak aneh-aneh, tidak suka konflik, traumatik dengan kejadian yang menyakitkan, mudah beradaptasi, sangat to the point.




Nah, itulah lima jenis mesin kecerdasan STIFin yang harus kita ketahui agar bisa lebih mengenal karakter anak-anak kita, sehingga lebih mudah dalam membimbing dan mengarahkan mereka dalam belajar.

Komentar

  1. Bisa deteksi banyak ya mbak ternyata keren banget rekomended banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semua sisi kehidupan kita bisa diungkap dengan Stifin mba.

      Hapus
  2. Udah lama juga pengen tau dan coba tes STIFin ini. Itu tingkat keakuratannya berapa persen ya? Dan bisa dicoba dari mulai anak usia berapa tahun, ya, Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf baru buka blog lagi hehe...tingkat keakuratannya 95%. Mulai usia 2 tahun sidik jarinya sudah bisa dideteksi mba

      Hapus
  3. Penasaran sama Cara kerjanya
    Kayanya banyak banget metode sejenis kaya gini. Akurat nggak sih bu?

    BalasHapus
  4. Aku sudah lama sekali pakai STIFIn ini. Sejak masih ngantor dulu. Anak-anak di sekolah dan treatment di rumah pun menggunakan STIFIn juga. Alhamdulillah, sangaaat membantu. Aku rekomendasikan deh siapapun yang ingin berkembang ke depan dan nggak salah jalan untuk ikutan juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naah ini mba Mel udah ngerasain manfaatnya ya mba...

      Hapus
  5. Wah, artikelnya harus disimpan ini. Kayaknya anak saya sensing tipenya mbak. Terima kasih sharingnya ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau Stifin gak bisa pake kayaknya mba, harus tes sidik jari hehe, karena ini bukan ilmu kira-kira 😁😁

      Hapus
  6. Baru tahu ada mesin tes kecerdasan. Sering baca sih ttg STIFIn ini. Minimal u usia berapa ya?

    BalasHapus
  7. Pernah baca tentang STIFin ini di blog-nya Mbak Melani Sekarsari. Walaupun masih meraba-raba sih nanti tesnya seperti apa :) Tapi dari gambaran dan tulisan Mbak Rina ini saya makin yakin bahwa anak saya type-nya sensing. Thanks for sharing :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau belum di tes sidik jari gak bisa dikira-kira mba, sering meleset juga dari perkiraan.

      Hapus
  8. Bagus sekali tes STIFIN ini, kita bisa mengenal karakter anak-anak kita, sehingga lebih mudah dalam membimbing dan mengarahkan mereka dalam belajar..ini tahu tempatnya dimana saja darimana mbak? Ada web nyakah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan cuma untuk anak-anak mba, buat orang dewasa juga penting. Buat karir, keluarga, hubungan suami istri, sampe urusan spiritual.

      Hapus
  9. Bulan Juli yang lalu di sekolah anakku dilaksanakan tes Stifin ini. Tetapi anakku nggak ikut karena suamiku tipe yang menyukai "kejutan" untuk karakter anak. Dia mewantu-wanti aku nggak boleh terpaku pada hasil tes, akhirnya ya sudah nggak ikut saja. Tapi kalau diperhatikan, kayaknya anakku tipe sensing (Najwa). Kalau Najib sepertinya lebih ke intuiting, hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak bisa dikira-kira mba kalau belum tes sidik jari hehe

      Hapus
  10. Jadi cara agar kita sebagai orangtua tahu anak kita termasuk tipe anak thinking, sensing, feeling atau apa harus dites STiFin dulu ya mbak??? gak bisa ya menebak-nebak sendiri gitu. hehe

    BalasHapus
  11. Manfaat banget mba ilmunya. Btw aku masih bingung apakah aku masuk kriteria sensing atau intuiting heheh. Kayaknya harus ikut testnya ya mba

    BalasHapus
  12. Saya juga pernah mengikuti tes serupa pada anak-anak. Jadi lebih mudah mengetahui cara belajar anak. Terbantu dengan hasil tesnya.

    BalasHapus
  13. Aku mupeng sama stifin ini lama bnget mbak. Tapi masih nabung dana.hihi

    Tapi ngomong-ngomong ini sudah akurat kah mbak? Soalnya di desaku belum ada program sekolah yang mengundang pkaar stifin nih

    BalasHapus
  14. Wah luar biasa ya jaman know adaistilah mesin kecerdasan anak. Jadi ngerti mb, mksh infonya bermnfaat...

    BalasHapus
  15. Anakku ada yang model to the poin, suka yang simple, easy going dan tidak pendendam. Trus gampang ngambek... hehe bisa nggak sih sekadar mengamati gini bisa dipakai gambaran ttg tipikal anaknya. Atau memang harus ditest oleh praktisi Stiffin?

    BalasHapus
  16. Metode ini bantu banget. Ternyataaaa... Anak pertama si 'Feeling', dan anak kedua si 'Insting'. Saya sendiri, 'Thinking', hihihi.

    BalasHapus
  17. Ternyata aku tipe intuiting, dan serumah kami beda semua tipenya. Aihh, jadi tau rahasia 3 lelaki di rumah, nih

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerdas Menggunakan Media Sosial

       Lima belas tahun terakhir, perkembangan media sosial di dunia berkembang amat pesat, termasuk Indonesia. Komunikasi semakin mudah, tak kenal jarak dan waktu. Kapan pun dan di mana pun selagi kuota internet terisi, maka kita akan dengan mudah mengakses segala macam informasi dari belahan bumi manapun.         Positifnya, masyarakat kita jadi sangat melek teknologi, dampak buruknya tentu saja banyak. Salah satunya, jika kita tidak bisa mengendalikan diri, maka akan kecanduan gawai yang isinya berbagai macam aplikasi media sosiai. Berbagai aplikasi itu memang sangat menarik, sehingga bisa menyita waktu dan membuat kita tidak produktif, karena menghabiskan waktu berjam-jam menatap gawai menikmati berbagai sajian media sosial.         Tidak bisa dipungkiri, sebagain besar masyarakat kita sudah kecanduan gawai dan sulit lepas dari alat canggih segenggaman tangan itu. Agar kita tetap waras dan produktif dalam bersosmed maka, kita harus berupaya semaksimal mungkin mengendalikan diri

Wiskul Asyik di Bogor

Siapa yang belum kenal Bogor? Atau belum pernah ke Bogor? Sebuah kota yang terletak di propinsi Jawa Barat. Yuk, datang deh ke kota kelahiran saya tercinta. Kenalan dan nikmati berbagai wisata di kota hujan ini, salah satunya wisata kuliner dong pastinya. Ada yang bilang bahwa Bogor sekarang adalah miniaturnya Bandung, banyak tempat wisata yang asyik dan makanannya pun endang bhambang, Nek … alias enak-enak bingiiit … hehe. Bicara makanan, pastinya setiap kita mengunjungi satu tempat yang sering dicari adalah makanan khas daerah setempat. Jika, belum mencicipi makanan khasnya rasanya belum afdol ya. Indonesia memang kaya dengan aneka jenis makanan khas daerah, baik yang tradisional maupun modern. Belum lagi street food tiap kota selalu menarik untuk dicicipi. Baiklah, sekarang kita jalan-jalan di Bogor, yuk. Kita cicipin makanan apa saja yang menjadi daya tarik wisata kuliner di kota hujan itu. 1.        Doclang Salah satu makanan khas yang selalu diburu warga Buitenzorg seti

Teman yang Menyenangkan

  Sebagai mahluk hidup manusia butuh berteman, jangankan manusia hewan saja butuh teman agar hidupnya tidak kesepian, dan juga untuk beranak pinak. Omong-omong tentang teman, tentunya kita punya banyaaak sekali teman. Mulai dari teman masa kecil hingga sekarang di usia dewasa. Kalau saya bukan dewasa lagi, tapi tua … hehe. Apalagi sekarang, kemajuan teknologi berkembang pesat, membuat jalinan pertemanan semakin meluas hingga ke seluruh dunia. Teknologi membuat kita dan teman-teman seakan tanpa batas dalam berkomunikasi. Dalam arti, jarak yang membentang jauh menjadi dekat dan mudah untuk saling berinteraksi. Namun, dibalik kemudahan itu, pastinya akan banyak pula risiko dan efek negatif dalam berteman seiring bertambahnya jaringan pertemanan kita. Dulu, kita sering mendapat pesan dari orang tua dan para guru agar hati-hati dalam berteman, harus pilih-pilih teman agar kita tidak terbawa pergaulan buruk jika si teman itu membawa pengaruh yang kurang baik. Ternyata hal tersebut tida